Kisah Next Generation 1 - Chapter 7
Disclamer: J. K. Rowling
KISAH NEXT GENERATION 1: CIUMAN YANG SALAH
Chapter 7
Tanggal: 13 November 2012
Lokasi: Ruang Kepala Sekolah
Waktu: Setelah makan malam
Dear Diary,
Kau pasti tidak bisa membayangkan apa yang terjadi sekarang. Keinginan
McGonagall untuk menyatukan Malfoy dan Weasley hanyalah tinggal mimpi. Saat ini
Daniel dan aku—sebagai Ketua Murid— McGonagall, Draco
Malfoy dan Uncle Ron sedang berada di ruang kepala sekolah.
Draco Malfoy duduk dengan tegak dan memberikan pandangan dingin pada Uncle
Ron yang memandangnya dengan sangar. McGonagall duduk di belakang mejanya
sambil mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Daniel dan Aku berdiri di sudut dan
menunggu untuk mendengar apa yang dikatakan orang dewasa.
Sebelum aku melanjutkan cerita tentang apa yang terjadi, aku akan bercerita
sekilas tentang hubunganku dengan Daniel.
Daniel dan aku baik-baik saja. Kami bukan teman dan juga bukan musuh, kami
menjalani hari-hari kami sebagai Ketua Murid dengan baik dan menghindari
pertengkaran. Untungnya, aku bertugas mengawasi lantai tujuh sampai lantai lima
bersama para Prefek Gryffindor dan Prefek Ravenclaw, jadi, aku bisa sekalian
mengawasi adik-adik dan sepupu-sepupuku. Tentu saja, mereka masih melanggar
peraturan, tapi masih dalam batas yang wajar, dan aku tidak akan melaporkan
mereka, atau memberi mereka detensi.
Nah, kita kembali pada kejadian yang terjadi di ruang kepala sekolah,
tentang mengapa Mr Malfoy dan Uncle Ron bisa beradi di sini, di Hogwarts.
Jadi, Rose dan Scorpius Malfoy yang telah saling benci dari awal terus
saling benci. Mereka bertengkar di mana-mana: di kelas Ramuan, di Rumah Kaca satu, di Aula
Besar saat makan malam, pokoknya di mana-mana, asalkan mereka saling pandang.
Alasan pertengkarannya juga macam-macam. Rose: tidak suka melihat tampang pucat
Malfoy yang seperti vampir, dipanggil Weasel Queen, dikata-katai dan
macam-macam lagi. Scorpius Malfoy: Jengkel setiap kali melihat ada rambut merah
yang mengembang di depannya, dipanggil musang putih, dimaki-maki dan lainnya
yang sama dengan itu.
Karena pertengkaran inilah mereka selalu didetensi. Sialnya, mereka didetensi
bersama jadi pertengkaran terus berlanjut. Dan kemarin mereka kembali
bertengkar, mempertengkarkan siapa yang paling hebat dalam pelajaran Pertahan
Terhadap Ilmu Hitam. Profesor
Macmilan, yang bosan, mendetensi mereka, menyuruh mereka membersihkan piala, tropi, piagam atau apapun di ruang
piala.
Pertengkaran itu berlanjut di ruang piala. Kali ini saling berduel pakai
tongkat sihir (sebenarnya aku kagum, anak kelas satu sudah bisa berduel),
mereka menghancurkan piala-piala, piagam-piagam dan tropi-tropi berharga milik
Hogwarts. Dan Rose berhasil memantrai Malfoy membuatnya
terluka dan dibawa ke rumah sakit. McGonagall yang sangat marah, memanggil
Draco Malfoy dan Uncle Ron. Dan di sinilah kami sekarang menunggu keputusan
kepala sekolah.
Kalau dipikir-pikir, kejadian ini mengingatkanku pada apa yang terjadi saat
Fred, James dan Louis mengusir burung-burung hantu dari kandang burung hantu.
“Oke, Ron, Draco, menurut kalian apa yang harus aku lakukan untuk mengatasi
masalah Rose dan Scorpius?”
Tidak ada yang menjawab.
McGonagall mengambil dua perkamen dari tumpukan dan meleparkan satu pada Mr
Malfoy dan yang lain Uncle Ron.
“Itu adalah laporan kelakuan buruk mereka berdua,” kata McGonagall. “Semester pertama belum
berakhir, tapi laporan kelakuan buruk mereka lebih panjang dari laporan seluruh
anak kelas satu dijumlahkan bersama-sama.”
Mr Malfoy dan Uncle Ron tidak berkata apa-apa.
“Bukan masalah bagiku jika pertengkaran mereka wajar-wajar saja seperti
layaknya anak-anak berumur sebelas tahun, tapi aku tidak bisa mentolerirnya
lagi kalau mereka telah merusak barang-barang milik sekolah dan membuat
seseorang sampai dibawa ke rumah sakit.”
“Benar, yang dalam hal ini adalah anakku. Scorpius terbaring di rumah sakit sekarang
gara-gara anak perempuan itu dan―”
“Rose tidak akan memulai pertengkaran kalau tidak diprovokasi oleh anakmu.”
Hebat, Uncle Ron, jangan mau kalah!
“Tapi, anak perempuanmu―”
“Diam!” gertak McGonagall, membuat kedua orang dewasa itu langsung diam.
“Aku akan langsung menyampaikan keputusan yang telah kuambil,” kata
McGonagall, mengambil dua perkamen lain dan menyerahkannya masing-masing pada
Mr Malfoy dan Uncle Ron.
“Surat Pernyataan?” seru Uncle Ron, saat membaca judul perkamen.
“Surat Pernyataan untuk anak yang namanya disebut di bawah untuk tidak
merusak barang-barang sekolah, atau dikeluarkan,” kata McGonagall, menjelaskan. “Mereka boleh bertengkar
dan bertengkar, tapi mereka tidak boleh merusak barang-barang sekolah.”
Dia memandang Daniel dan aku.
“Panggilkan Scorpius dan Rose!”
Aku segera berjalan keluar, perlahan, tapi pasti agar tidak terjatuh dari tangga.
Tanggal: 13 November 2012
Lokasi: Ruang rekreasi Gryffindor
Waktu: Sama
Anak-anak sedang duduk menunggu di dekat perapian ruang rekreasi saat aku
masuk. Aku menghampiri mereka, dan mereka langsung menyerbuku dengan
pertanyaan. Semua ingin tahu apa yang terjadi.
Aku bercerita pada mereka tentang apa yang terjadi.
“Mereka ingin aku menandatangi surat pernyataan? Surat Pernyataan?” Rose tampak takut.
“Tenang saja, cuma surat pernyataan,” kata James mengedip pada Fred dan
Louis.
“Dengar semuanya,” kataku segera, melihat anak-anak saling melemparkan
cengiran. “Aku tidak ingin ada lagi dalam keluarga kita yang harus
menandatangani surat pernyataan.”
Aku memandang mereka semua.
“James, berhentilah mengganggu anak-anak lain! Fred, jangan menjadikan
murid-murid Hogwarts kelinci percobaan untuk barang-barang lelucon! Louis, kau
juga—kudengar kau sering bolos pelajaran Herbologi, kau menyembunyikan sesuatu?”
Aku memandang Louis dengan tajam, dia membuang muka.
“Aku membayar anak-anak itu,” kata Fred.
“Aku tidak peduli, pokoknya aku ingin kau berhenti melakukannya. Kalau kau masih melakukannya juga, aku akan menyurati Aunt Angelina.”
“Oke...” kata Fred.
“Al, berhentilah mencari masalah dengan Slytherin. Kemarin kau memantrai Zabini, bukan?”
“Bukan aku yang melakukannya!” kata Al cepat.
Aku mengangkat alis.
“Oke, memang aku yang melakukannya, tapi James menantangku dan―”
“Dan hentikan permainan Truth dan Dare itu!” bentakku keras, membuat
anak-anak lain di dekat kami terkejut. Aku menghela nafas dan melanjutkan,
“Dom, Lucy, berhentilah mengunjungi Hog’s Head di malam hari. Dan Roxy,
berhentilah mencuri sapu di ruang ganti Gryffindor saat para pemain tidak ada.”
“Apa? Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” tanya Roxy kaget.
“Aku adalah Ketua Murid dan penjaga anak-anak,” kataku.
“Bisakah kau berhenti memanggil kami anak-anak? Aku empat belas tahun,”
kata Dom sebal.
“Kau belum cukup umur
untuk ke bar,” kataku. “Jadi, jalan rahasia mana yang kalian gunakan?”
“Tidak ada,” jawab Lucy cepat, melirik James.
“Peta Perampok,” kataku
teringat peta yang pernah diceritakan Uncle Harry. “Berhentilah menggunakan
Peta Itu, Dom, Lucy, atau aku akan menyitanya!”
Anak-anak saling pandang.
“Oke, aku sudah memperingatkan kalian semua. Ingat jaga kelakuan kalian!” kataku, hendak bangkit.
“Bagaimana dengan Molly?” tanya Lucy. “Kau tidak pernah melarangnya
menyusup ke menara Astronomi di malam hari, kan?”
“Apa?” tanyaku, memandang Lucy.
“Yeah, kau hanya memperhatikan kami dan mengabaikan Molly,” kata Dom.
“Dia berbeda,” kataku.
“Berbeda apanya?” tanya Lucy. “Dia juga belum dewasa, dia lima belas
tahun.”
“Apa yang dilakukannya di menara Astronomy?” tanyaku, mengabaikan masalah
usia.
“Mana aku tahu. Kau kan
penjaga anak-anak, harusnya kau tahu, kan?” kata Lucy.
“Baik, aku akan berusaha mencari tahu. Nah sekarang kita
kembali pada hal yang lebih penting... Rose, ikut aku!”
Aku membawa Rose keluar ruang rekreasi Gryffindor, diikuti oleh pandangan
tidak puas anak-anak.
Begitulah yang terjadi, Diary. Aku masih belum tahu apa yang dilakukan
Molly, tapi aku patut bersyukur karena Rose dan Malfoy tidak akan melakukan
perang terbuka yang mengakibatkan rusaknya barang-barang sekolah lagi. Aku bisa
tenang!
Sincerely,
Victoire
Weasley
Ketua Murid
merasa tenang untuk sementara.
0 komentar: