Bukan Ciuman yang Salah (Ted's POV)
Disclamer: J. K. Rowling
BUKAN CIUMAN YANG SALAH
PERHATIAN!
Catatan Harian ini adalah Milik
Nama: Teddy Remus Lupin
Tempat Tanggal Lahir: 12 April 1998
Jenis Kelamin: Laki-laki
Status Darah: Setengah Manusia Serigala
Warna rambut: Hijau Toska (bisa berubah
tergantung keinginan)
Warna mata: biru gelap (bisa
berubah tergantung keinginan)
Warna kulit: terang (bisa berubah
tergantung keinginan)
Tinggi: 180 cm
Berat: 66 kg
Alamat: Yew Cottage, West Country
Tongkat sihir: Willow, 30 cm, bulu ekor
phoenix.
Anggota Keluarga: Andromeda Tonks (Nenek)
Catatan: Punya banyak orang yang
menyanyangiku, dan menantikan kehadiranku.
Tanggal: Sabtu 23 Desember 2017
Lokasi: Hogsmeade
Waktu: 11 am – waktu yang tidak ditentukan
Aku tidak tahu bagaimana akhirnya aku menyadari bahwa aku mencintainya.
Selama ini aku tidak begitu memperhatikan perasaanku padanya. Aku sudah
mengenalnya sejak kecil, sering bertemu dengannya, tahu bagaimana dia bersikap:
sebagai Cucu Pertama Keluarga Wesley yang Super-sempurna, penuh tanggungjawab,
dan selalu mengawasi adik-adik dan sepupu-sepupunya. Aku menyayanginya sebagai
seorang adik dan menganggap kehadirannya adalah sudah sewajarnya.
Dia adalah adik kecil yang sok berwibawa dan sok anggun. Dia tidak setuju
setiap kali aku muncul dengan menyamar sebagai orang terkenal, dia selalu
mencelaku dan mengatakan aku tidak bertanggungjawab, lalu menguliahiku tentang bagaimana harusnya orang
dewasa bersikap. Dia juga tidak pernah bergabung denganku dan anak-anak saat melakukan hal-hal yang mengasyikkan. Dia
selalu duduk tegak di ruang tamu, dengan rambut merahnya yang tersisir rapi di
belakang punggungnya, dan mendengarkan Celestina Warbeck dengan penuh
perhatian. Selain Grandma Weasley, dia adalah satu-satunya orang yang menyukai
Celestina Warbeck dalam keluarga.
Aku tahu semua orang menyayanginya: kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi,
adik-adik dan sepupunya menyayanginya. Tetapi dia tidak menuntut ini dan itu,
dia selalu mengalah dan mendahulukan kepentingan semua orang daripada
kepentingannya sendiri. Dia sangat menyayangi anak-anak, dia selalu ingin
memastikan bahwa anak-anak berada di jalur yang benar: mematuhi peraturan dan bertingkah sopan. Kadang
aku merasa bahwa dia terlalu membanggakan diri sebagai Cucu Pertama Keluarga
Weasley yang Super-sempurna.
Lalu terjadilah itu: aku
jatuh cinta padanya!
Kami sedang bermain Truth or Dare, permainan yang selalu kami mainkan di
malam Natal, dan dia mengatakan bahwa dia sedang berkencan dengan seseorang,
bahwa dia berciuman dengan seseorang di perpustakaan. Wajahnya begitu bercahaya
saat menceritakan hal itu, dia bahagia dan aku marah. Kemarahan dan kebencian yang
belum pernah kurasakan sebelumnya. Darah panas seakan mengalir dari jantung ke
setiap nadiku. Aku benci pada laki-laki itu, aku benci padanya karena
membiarkan dirinya dicium oleh laki-laki tak dikenal. Yang paling menjengkelkan
adalah aku benci pada diriku sendiri, mengapa juga aku harus marah? Dia kan
bebas berciuman dengan siapa saja yang diinginkannya.
Namun, aku tidak bisa mencegah diriku sendiri untuk memarahinya, aku ingin
dia juga merasakan sedikit dari apa yang kurasakan. Aku mengatainya menyedihkan, dan wajahnya berubah
menjadi shock dan sedih. Aku senang, aku ingin dia juga menderita. Tetapi
setelah itu penyesalan datang, aku menyesal, aku sedih. Aku ingin minta maaf,
tapi dia tiba-tiba menghilang. Dia pergi ke Hogwarts dan tidak ada satu berita
pun untukku, meskipun aku telah menyuratinya. Aku pergi ke Hogsmeade berharap
akan bertemu dengannya, tapi dia tidak muncul. Aku mengunjungi The Burrow saat
musim panas, dia juga tidak ada di sana, dia seolah menghilang untuk selamanya.
Dan aku merindukannya: merindukan suaranya, merindukan mata birunya,
merindukan bagaimana dia menguliahiku tentang peraturan dan tanggungjawab,
merindukan senyumnya dan merindukan semua yang ada didirinya. Karena tidak bisa
menahan perasaan lagi, aku menceritakan tentang apa yang terjadi pada anak-anak
berharap mereka mau membantuku. Tetapi, semua memarahiku, memakai kesempatan
untuk mencaci-makiku dan membuatku tersiksa sepanjang hari itu. Aku sangat
beruntung karena anak-anak tidak diijinkan untuk menggunakan sihir, bisa-bisa
aku hanya tinggal serpihan. Setelah puas mencaci dan menyiksaku, anak-anak
menyuruhku untuk minta maaf padanya.
Sepanjang sisa liburan musim panas, aku memikirkan cara untuk minta maaf
padanya, untuk bisa bicara lagi dengannya. Dan aku menemukan cara yang paling
mudah, yaitu menyamar jadi pacarnya. Aku masuk ke kompartemen Ketua Murid dan
melihatnya duduk di sana. Tersenyum lembut padaku, rambut merahnya bergerak
riang karena semilir angin bulan September, mata birunya bercahaya dengan tanya
dan aku tidak tahan lagi, aku menciumnya.
Sempurna!
Ciuman yang benar-benar sempurna. Seolah seluruh jiwa kami menyatu, seolah
dia adalah potongan jiwaku yang hilang dan kita telah kembali. Aku akan
merelakan apapun untuk satu ciuman ini. Ciuman yang membuatku menyadari bahwa
dialah yang kucari selama ini, bahwa dialah satu-satunya orang yang akan
bersamaku seumur hidupku. Kemudian, dia menyadari bahwa itu aku dan dia marah
lagi, mengusirku dan menyuruhku untuk tidak muncul dihadapannya lagi. Tetapi
kurasa itu omong kosong, karena aku tahu dia juga merasakan hal yang sama
seperti yang kurasakan dalam ciuman itu.
Hari-hari berlalu dan aku merasa seperti berada di neraka. Aku ingin sekali
bertemu dengannya, bicara dengannya, tapi dia menghilang lagi; surat-suratku
tidak di balas dan aku juga tidak melihatnya di Hogsmeade. Aku jadi
bertanya-tanya sampai kapan dia mau menghindariku, tapi aku tidak akan
membiarkannya menghindar perasaan itu. Aku terus berkorespondensi dengan
anak-anak, dan anak-anak memberitahuku bahwa dia akan ke Hogmeade sebelum
liburan Natal. Aku menyelesaikan latihan pelacakan dan penyamaran di Banffshire
dan segera ber-Disapparate ke Hogsmeade.
Muncul di sisi jalan yang menuju Hogsmead, aku melihat Molly sedang
bersembunyi di balik sebuah pohon yang tumbuh di pinggir jalan, tampaknya
sedang bersembunyi dari seseorang, atau sedang mengintai seseorang.
“Molly!” panggilku.
“Godric, Ted, kau mengagetkanku,” katanya, tampak sangat terkejut. “Apa
yang kau lakukan di sini?”
“Kau sedang apa?” tanyaku.
“Tidak sedang apa-apa,” kata Molly cepat. “Sekarang pergilah, aku baru saja
melihat Victoire masuk ke Three Broomstick bersama cowok.”
“Cowok?” tanyaku. “Tapi kau bilang dia dan Fluge sudah putus.”
“Memang sudah, tapi ini cowok yang berbeda. Jadi, kau harus cepat-cepat pergi. Pergilah! Jangan biarkan dia berciuman dengan
cowok tak dikenal!”
Molly mendorongku dan aku terpaksa pergi meninggalkannya dan menuju Three
Broomstick. Aku masuk ke bar itu dan melihatnya di sana sedang mendekatkan
wajahnya pada seorang cowok culun. Apa dia serius? Cowok itu bahkan tidak
selevel dengannya. Tanpa berpikir
panjang, aku mengayunkan tinjuku dan meninju cowok itu, membuatnya terjatuh ke
lantai dengan wajah berdarah. Dia segera membantu cowok itu, dia mengabaikanku,
bahkan menyuruhku minta maaf. Tetapi aku tidak ingin minta maaf, karena ini
bukan salahku. Yang salah adalah dia yang telah membuatku cemburu. Dia kemudian
pergi meninggalkanku.
Tidak. Tidak! Aku tidak akan membiarkanya pergi sekarang, aku tidak akan
membiarkannya pergi tanpa bicara denganku. Aku mengejarnya dan memaksa untuk
bicara dengannya, kami menuju Shrieking Shack dan berciuman lagi.
“Ciuman kita bukanlah ciuman yang salah, percayalah padaku!” kataku,
setelah melepaskannya.
Dia mengangkat alis dan tersenyum.
“Kalau menurutmu begitu, ya begitu,” katanya.
“Tapi kau merasa bahwa ini salah!”
“Itu karena kau memulainya dengan salah. Kau menyamar jadi Daniel...”
“Apakah kau akan menciumku kalau aku datang padamu waktu itu sebagai Teddy
Lupin.”
“Sebenarnya aku tahu itu kau,” katanya.
“Apa?” aku terkejut memandangnya.
“Warna matamu terlalu gelap,” katanya. “Uncle Harry sudah memberitahuku
rahasia untuk mengenalimu, katanya kau tidak pandai mengubah warna matamu.”
“Kau tahu itu aku dan kau menciumku?”
“Ya, aku tahu itu kau dan menciummu karena aku memang ingin menciummu.”
“Jadi mengapa selama ini kau menghindariku?”
“Kurasa kau harus sedikit dihukum karena mencoba untuk menipuku,” katanya.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia tersenyum dan tampak cantik
berlatarbelakangkan salju putih.
FIN
0 komentar: